
Pengembangan AI saya ibaratkan ketika proyek ambisius Oppenheimer membuat Bom Atom di Tahun 1944 – 1945. Ia memunculkan gelombang yang tidak dapat dihentikan. Ia melahirkan revolusi ilmu pengetahuan yang eksponensial membuat bentuk baru dan turunan aplikasi baik murni maupun yang lebih bersifat terapan.
Sebagaimana lahirnya Bom Atom, tatanan dunia berubah. Perang dingin pascaperang dunia kedua melahirkan perlombaan senjata nuklir antara barat dan timur. AI juga mengubah itu, hegemoni teknologi AI yang dikuasai AS kini juga beralih ke China. China yang dulu dekenal sebagai manufaktur produk teknologi AS kini sudah mengembangkan AI sendiri yang kekuatannya dikabarkan memiliki 3000 kali lipat dari saat Open AI mengajari mesin-mesin AI nya semacam ChatGPT dan DALL-E.
Maka meluncurlah DeepSeek yang kehadirannya menggucang pasar saham perusahaan tekno AS terutama pada perusahaan semiconductor macam Nividia. Nvidia, mengalami penurunan nilai kapitalisasi pasar yang signifikan pada Senin (27/1/2025). Kapitalisasi pasar perusahaan anjlok hampir 600 miliar dollar AS (sekitar Rp 9.714 triliun), dari sekitar 3,49 triliun dollar AS menjadi 2,9 triliun dollar AS, dalam waktu hanya satu hari. Ini merupakan penurunan terbesar. Saham perusahaan pun ikut terjun bebas, turun hingga 17 persen pada perdagangan yang sama. Harga saham Nvidia ditutup pada 118,58 dollar AS (sekitar Rp 1,9 juta) per lembar, level terendah sejak 16 Maret 2020. Penurunan besar ini disebabkan oleh kekhawatiran investor terkait kemunculan DeepSeek, perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal China. DeepSeek baru saja merilis model AI open-source yang diklaim dikembangkan hanya dalam waktu dua bulan dengan biaya rendah.
Tahun 2022 saya bereksperimen pertama dengan AI Ketika generasi pertama teknologi Large Language Model (LLM) oleh Open AI melahirkan Chat GPT dan model gambar stable diffusion melalui Dall-e, Midjourney, Bing dan lain lain, Neuro Language Program (NLP) melahirkan teknologi Text to Speech yang sudah menyerupai atau mensitesa suara manusia.
Di Tahun 2020, China, India, Korea Selatan berlomba mengeluarkan presenter avatar pertama di dunia. Tak sekadar mengaplikasikannya mereka mengeluarkan mesinnya. Ada 10an mesin AI yang saya coba di awal berkenalan dengan AI dan saya lantas berpikir bahwa AI akan mendisrupsi pekerjaan jurnalistik dan media.
Di tengah itu sebagai jurnalis dan broadcaster hampir tiga puluh tahun, saya juga menyimpan kekhawaitiran atas dampak AI. Saya terpikir deep fake dan disinformasi yang bisa dihasilkan oleh mesin-mesin belajar yang canggih ini. Dalam hati saya berpikir, bahwa pengembangan AI harus dipimpin oleh media arus utama. Perlu orang bervisi untuk mengembangkan dan memimpinnya.
Tapi saya kala itu tidak punya media. Perusahaan saya PT AJP Media lebih bergerak ke jasa konsultasi strategis digital transformasi. Setiap eksperimen saya dengan AI biasanya saya sebarkan melalui grup-grup whastapp dan social media saya.
Akhirnya komisaris tvOne Tina Talisa, yang kini stafsus wapres mengajak saya bertemu dengan Taufan Eko Nugroho, CEO tvOne yang juga adalah mantu Aburizal Bakrie. Kami bertemu beberapa kali dan saya mencoba meyakinkan Taufan bahwa tvone harus berani memulai dan mendeklarasikan diri untuk membuat proyek proyek media berbasis AI.
Saya membuat roadmap bagaimana pengembangan AI di tvone dalam empat tahap, mulai dari presenter avatar, portal berita AI, chatbot dan nanti sampai ke tahapan di mana presenter AI akan dapat berinteraksi dengan pemirsa, Kami membaginya dalam 4 tahap pengembangan dan setiap tahap akan memiliki berbagai versi.
19 April 2023 pembicaraan mengenai implementasi AI di tvone memasuki babak akhir dan saya harus meluncurkan staging satu, tepat di Hari Kartini 21 April 2023 pas di malam lebaran. Kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang” dari seorang Kartini mengilhami Taufan bahwa dunia baru jurnalisme dan media yang disupport AI akan menemui eranya dengan keyakinan bahwa tvone harus memimpin pengembangannya.
Seperti jalan yang sudah diatur oleh alam semesta, sahabat lama saya Hening Sudirjo mengajak saya bertemu dan dia bercerita tentang anak sulungnya yang sudah menyelesaikan master tentang AI di Stanford University di Amerika Serikat. Singkatnya Hening meminta saran bagaimana talenta muda AI ini bisa berguna untuk pengembangan AI di Indonesia.
Saya menyarankan agar Davyn Sudirdjo anak sulung Hening bisa mendirikan startup AI, sebuah perusahaan tekno yang focus dalam pengembangan AI di sisi back end dan berbagai aplikasi kelak. Perusahaan ini kemudian didirikan di Silicon Valley Bersama sang adiknya Jason Sudirdjo.
Exposure pendirian MASA AI oleh dua kakak beradik Sudirdjo ini menjadi penyempurna rencana saya dan tvone yang total masuk ke dunia AI. Dengan demikian kami memliki kemampuan R&D AI di sisi back end dan pengalaman Viva Group dari sisi front end nya, Tentu saja Taufan, Tina dan Saya akan mengembangkan visinya.
MASA AI berdiri 22 Juni 2023 hanya terpaut 4 bulan dari tvone.ai. Kedua entitas AI ini kemudian menandatangani kesepahaman untuk mengembangkan AI untuk industry media di Indonesia. Saat itu pula kami bersama sama mengembangkan satu portal berita yang 90% persen dikelola oleh AI, peran manusia hanya 10% mereka bekerja di front end menjadi data input pada CMS. Tapi manusia 100 persen bekerja untuk mendisain portal ini dan menyuruhnya belajar dari data yang kami dump in ke dalam server.
Saya dan tim dan tim teknologi MASA AI yang dipimpin Davyn mengembangkan algoritma dan model filtering dalam setiap dump in data yang dimasukkan ke dalam server. Ada dua data yakni milik viva dan tvone yang menjadi model belajar dari portal ini. Pengujian demi pengujian kami lakukan, kesalahan hasil, hasil kalimat yang insinuatif dari mesin AI terus kami perbaiki dan 20 Mei 2024 tepat di hari Kebangkitan Nasional lahirlah portal berita pertama di Indonesia yang 100 persen AI dengan nama www.tvone.ai . Di dalam portal ini juga dapat dilihat beberapa produk video yang sudah kami kembangkan setahun sebelumnya.
Pengalaman mengembangkan ini mengantarkan saya banyak terlibat dalam diskusi dan kegiatan literasi AI bagi media. Tapi seperti kata sastawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer: Apa yang tidak dituliskan, akan hilang. Menulis adalah bentuk perlawanan terhadap waktu.”. Ini mengingatkan kita bahwa menulis adalah cara kita melawan kefanaan dan memastikan ide-ide kita tetap abadi.
Beberapa sahabat saya di tvone.ai Merdi, Dini dan Hasan menyemangati saya agar membuat buku AI dalam jurnalisme dan Media. Bila perlu saya lah orang pertama di Indonesia mereka menuliskan ini, kata mereka menyamangati.
“Jika ada sebuah buku yang ingin kamu baca, tetapi belum pernah ditulis, maka kamu harus menjadi orang yang menulisnya.” Kata Toni Morrison, penulis pemenang Hadiah Pulitzer. Kalimat yang juga menyemangati saya betapa pentingnya mengambil langkah untuk menuliskan ide-ide unik kita, terutama jika itu belum pernah diungkapkan oleh orang lain.
Ketika berdiskusi dengan kawan-kawan penerbit memang mereka berharap ada jawaban atas kelangkaan buku referensi tentang AI terutama di dunia jurnalisme dan media yang ditulis oleh orang Indonesia. Di sisi saya tentu saja ini menjadi amal jariah saya untuk ilmu pengetahuan.
Saya mengucupkan terimakasih banyak untuk Istri saya, Mufida Ariany yang kaget dengan tagihan kartu kredit saya ketika harus banyak melakukan ujicoba dengan mesin AI. Tapi sejatinya dia yang mendorong agar buku ini saya segera tulis dan terbitkan. Anak-anak saya Fatur, sulung saya yang dokter dan melek teknologi dan selalu menjadi tempat diskusi saya. Fasya, Fadussy dan Faisal yang bingung mendefinisikan pekerjaan ayahnya.
Terakhir saya ingin berterimakasih dengan Mas Taufan, kami memanggilnya Mas TEN, dan sahabat saya Tina Talisa. Tanpa kedua orang ini pemikiran media berbasis AI di dalam otak saya tidak akan pernah terwujud. Mereka berdualah yang mewujudkan mimpi saya.
Buku ini diterbitkan oleh Rumah Tulis bekerjasa sama dengan AJPMedia, Yahya&yahya, tvone.ai dan Universitas YAI sebagai co publisher. Saya tentu berterimakasih dengan para co-publiher yang memungkinkan buku ini ini terbit. Semoga buku ini bermanfaat buat mereka yang selalu haus dengan pengetahuan dan juga kepada mereka yang selalu cemas dengan kahadiran AI.